Jika kita bergerak maka yang selamanya harus diingat bahwa cita-cita kita tak akan terwujud selagi kita tidak punya kekuasaan yang penting untuk mendesakkan tercapainya cita-cita itu.
Sebab konsekuensi seorang pemimpin adalah bahwa ia akan berhadapan dengan musuh yang tak sudi menuruti kehendak kita, sekecil apa pun.
Kita harus yakin bahwa setiap kemenangan, besar ataupun kecil, adalah hasil dari desakan tenaga kita. Oleh karena itu teori dan prinsip saja tidaklah cukup.
Seseorang boleh saja mengurung diri dalam kamar bersama teori dan prinsipnya, tetapi untuk menghadapi musuh yang kuat dan membuta-tuli (munafik), maka harus disusun suatu kekuasaan yang sudah terpikul oleh ide dan prinsip tadi.
Karena itu suatu prinsip yang radikal yang menjelmakan kekuasaan itulah yang harus diperjuangkan dengan tegas!"
Soekarno, Dalam surat kabar Pikiran Rakyat Sepertiga abad lamanya, Soekarno didiskreditkan dan dibakukan sebagai diktator dengan memobilisasi secara masif mesin propaganda Orde Baru, menggunakan seluruh potensi mass-media dan mencekoki segenap strata dunia pendidikan kita.
Selama 30 tahun lebih terbangun dan terbentuk suatu public-opinion yang mapan tentang Soekarno, tanpa ada kesempatan sama sekali bagi Soekarno atau para pembelanya untuk menyatakan pendapat yang Iain.
Hukum kelambanan atau inertia kemudian berlaku di sini: kebanyakan sudah tidak sanggup lagi membebaskan diri dari kemalasan berpikir yang sudah membeku itu.
Maka permanenlah Soekarno jadi diktator! Selamat Membaca dan Merdekalah...