Bagi mahasiswa yang belajar tafsir di UIN Syarif Hidayatullah, tentu tidak asing dengan sosok yang bernama Salman Harun.
Beliau adalah guru besar di bidang tafsir yang sederhana dan bersahaja. Meskipun sudah tidak lagi muda, beliau selalu suka berjalan kaki.
Ketika pergi mengajar baik di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta maupun di Masjid Fathullah, ia selalu tampak berjalan kaki dengan tas selempang berwarna hitam.
Artikel ini akan mengulas sedikit mengenai Salman Harun, biografi dan karya-karyanya.
Salman Harun lahir pada tanggal 12 Juni 1945 di Pariaman, sebuah kota pesisir yang dalam sejarahnya selama ratusan tahun, memegang peranan penting sebagai entrepot (pelabuhan gudang) di pantai barat Sumatera.
Terletak sekitar 59 km menuju utara dari kota Padang, dengan jarak tempuh sekitar satu setengah jam.
Sejak sebelum jaman penjajahan Belanda, Pariaman telah menjadi entrepot utama untuk distribusi perdagangan dari pedalaman Minangkabau sebelum dimuat ke pelabuhan lain di dalam dan luar Sumatera.
Oleh karena aktifitas ekonomi yang ramai, Pariaman menjelma menjadi sebuah kota multikultural; warga keturunan Cina, India, Arab, dan orang pribumi berbaur satu sama lain.