Komunitas Muslim yang baru lahir di Madinah membutuhkan pelajaran dan guncangan keras agar mereka tumbuh menjadi umat yang kokoh dan maju.
Pada peperangan inilah pertama kalinya kaum Muslim menentang pemikiran dan pendapat Rasulullah.
Menjelang peperangan, Nabi saw. mengusulkan agar mereka menggelar perang kota: membiarkan musuh masuk mengalir memasuki jalan-jalan di kota Madinah, lalu pasukan Muslim menyerang mereka dengan panah, tombak, dan lemparan batu.
Namun, para sahabat mendesak Rasulullah agar menyambut musuh. Rasul mengikuti keinginan mereka. Ketidakpatuhan seperti itu pulalah yang menghancurkan pasukan Muslim dalam perang ini.
Mereka tak mematuhi perintah Rasulullah. Hasrat dunia keinginan mendapatkan pampasan perang menghancurkan kemenangan yang ada di depan mata.
Perang Uhud juga menerbitkan kepedihan mendalam di dada Rasulullah dan kaum Muslimin. Hamzah, Sang Singa Allah, gugur dengan dada dikoyak dan jantung ditanggalkan dari tubuhnya.
Beberapa sahabat lainnya gugur dalam perang ini, termasuk sang utusan Rasulullah, rasûlu rasûlillâh, Mush‘ab ibn Umair. Ia gugur setelah mempertahankan panji kaum Muslimin hingga kedua tangannya putus ditebas musuh.
Kesadaran untuk setia dan menegakkan disiplin yang tumbuh di kalangan Muslim harus ditebus dengan harga yang sangat tinggi.
Yang terindah, di atas semua itu, Nabi senantiasa hadir sebagai penyayang bagi segenap umatnya.