Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr [89]: 27–30)
Siapkah kita menyambut sapaan mesra-Nya itu?
Kita semua datang untuk kembali, kita sepertinya melangkah ke depan, tapi hakikatnya kita berjalan ke belakang, menuju muasal kita.
Seperti halnya orang bertawaf, mengitari Ka‘bah, titik awalnya dari Hajar Aswad dan titik akhirnya menuju Hajar Aswad pula.
Allah memberi kita anugerah nafsu tidak hanya dipahami sebagai kendala, tapi juga dipahami sebagai pembentuk jarak.
Dengan begitu, terbentang perjalanan yang harus kita tempuh. Karena adanya jarak, kadang timbul kerinduan yang menggelora di jiwa.
Lewat kerinduan itu terselubung kebahagiaan yang tak bisa digambarkan dengan sebatas kata-kata. Kerinduan itu akan mendorong kita terus berjalan dan berjalan, hingga menggapai perjumpaan kembali dengan Allah yang kita rindukan.
Hanya saja, orang tak bisa kembali menuju Allah kecuali telah lulus sebagai hamba-Nya.
Bagaimana agar kita lulus sebagai hamba Allah? Hanya dengan menggapai ridha Allah kita layak disebut lulus sebagai hamba-Nya. Bagaimana cara meraih ridha Allah?